BUDAYA LISAN DAN TULIS
Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, merupakan bentuk jamak dari buddhi Budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dari definisi budaya, dapat diperoleh pengertian kebudayaan, yaitu; sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide (gagasan) yang terdapat dalam pikiran manusia. Sifat kebudayaan adalah abstrak, wujud kebudayaan dilihat dari prespektif eksistensi benda-benda berasal dari cipta dan karsa manusia, sedang bahan-bahan sudah disediakan oleh sang Pencipta, baik manusianya sebagai mahluk mikro, alam semesta dan isinya sebagai mahluk makro.
Wujud kebudayaan yang dihasikan manusia berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain. Kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Salah satu bagian mendasar yang melahirkan budaya adalah komunikasi. Bagian itu adalah lisan dan tulis. Lisan yang membudaya, yang kemudian disebut budaya tulis dan tulisan membudaya yang kemudian disebut budaya tulis. Budaya lisan, yang memiliki alat bantu pengucap, berupa mulut adalah alat berkomunikasi secara manual, berbentuk suara yang bisa dimengerti dan dipahami.
Budaya tulis, sebagai pembeda zaman pra-sejarah dan sejarah dan tanda akan terwujudnya sebuah peradapan, juga memiliki peran dalam pendokumentasian dalam bentuk catatan (teks) yang mudah mengerti dan dipahami. Keduanya adalah cikal bakal lahirnya bahasa, yang masing-masing memiliki peran sendiri-sendiri.
Menilik akan penting pemahaman sekilas tentang budaya tulis dan budaya lisan. Makalah singkat yang saya ajukan semoga bisa memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan dan ilustrasi akan budaya tulis dan lisan, meskipun hanya mengulang sesuatu yang sudah ada. Upaya yang saya lakukan adalah mengakomodir data tentang keduanya. Kemudian mengklasifikasikan dan memberi gambaran sekilas kelebihan masing-masing budaya. Adapun metode yang akan dipakai adalah deskriptif-naratif-korektif.
DIFERENSI BUDAYA TULIS DAN LISAN
Awal sebelum dikenalnya budaya lisan kemungkinan manusia berkomunikasi menggunakan isyarat, jikalau teori evolusi benar. Adapun alat pengucap atau mulut adalah bagian mendasar budaya lisan. Alat komunikasi manual-tradisional ini mampu mengeluarkan suara yang bisa dimengerti dan dipahami, yang berjarak dekat. Sedang alat pendengar (telinga) memiliki keterkaitan dengan pengucap (mulut).
Keduanya mampu membentuk stimulasi dan respon yang kemudian melahirkan komunikasi. Lisan atau pengucap belum dianggap membudaya, jikalau belum sampai pada taraf cipta dan karsa yang dihasilkan manusia. Semenjak manusia pertama di dunia budaya lisan sudah ada, akan tetapi belum dianggap budaya sebelum diobservasi secara ilmiah oleh kalangan tertentu, yang menganggap dirinya budayawan atau ilmuwan.
Budaya lisan tidak mengenal perbedaan kurun, berupa pra-sejarah atau sejarah. Budaya ini lintas waktu, bukan ruang. Jika sampai menjelma bahasa, maka ia akan menempati ruang tertentu. Dalam era sebelum dikenalnya alat bantu komunikasi (tradisional), ruang bahasa memiliki batas secara geografis dan kultur-sosial manusia yang menggunakannya.
Budaya lisan tradisional, secara komukasi akan melahirkan berbagai bentuk, baik berupa percakapan ringan, negoisasi, adu mulut, saling bertutur dan sebagainya. Dalam kesusastraan lama mampu melahirkan dongeng, mitos dan sebagainya. Dalam ekonomi melahirkan tawar-menawar (transaksi jual-beli barter), sistem komunikasi dua orang atau lebih dalam menginformasikan barang dagangan secara manual-kultural (dari mulut ke mulut) dan sebagainya.
Hingga sampai pada saat ini perwujudan budaya lisan semenjak mengenal bahasa-bahasa di dunia sebagai sarana komunikasi dan informasi. Perkembangan budaya lisan dalam era modern dan industrialisasi sangat pesat, dimulai dari ekspansi orang eropa ke belahan bumi bagian timur. Mereka mengusung budaya lisan dari tempat mereka berasal, kemudian ketika mereka singgah dan mengkomunikasikan kepada masyarakat setempat
Budaya lisan juga mengalami proses asimilasi (saling menyerap dan mempengaruhi antar budaya). Akan tetapi karakter bahasa yang dipakai susah untuk hilang utuh, kecuali dalam kurun waktu yang lama. Salah satunya adalah gaya bertutur yang mengusung budaya asalnya. Bangsa eropa yang banyak mempengaruhi budaya lisan mempunyai peran aktif dalam bahasa yang mendominasi, kemudian disebut sebagai bahasa internasional, contoh bahasa inggris. Ini nampak dari dekade kolonialisasi bahasa.
Dalam perkembangan budaya lisan ada beberapa fasilitas untuk mempermudah komunikasi secara lisan. Era dimana sarana dan fasilitas komunikasi mulai melebur ruang dan bahasa tertentu digunakan sudah banyak yang memakai. Fasilitas komunikasi yang ditemukan, juga tidak terlepas dari peran modernitas yang di usung dari barat. Temuan akan telpon dan radio pada abad 18, menjadi tanda akan dimulainya komunikasi dan informasi tanpa batas.
Kemudian di abad 19 muncul temuan televisi, satelit, telpon, komputer, telpon genggam dan pesawat terbang, menjadikan komunikasi dan informasi makin deras, cepat, hingga sampai ke pelosok bumi. Perwujudan akan budaya lisan dalam era sekarang semakin bisa dirasakan, karena fasilitas temuan yang ditemukan oleh manusia-manusia kreatif. Sehingga budaya lisan jarang dikenal, sebab di era sekarang telah berganti nama, yakni budaya komunikasi dan informasi.
B. Budaya Tulis
Peninggalan budaya tulis berawal dari prasasti , huruf yang ditulis pada nisan atau batu untuk meninggalkan informasi berupa pesan atau sejarah terjadinya suatu tempat prasasti kemudian berkembang dalam bentuk tulisan pada pelepah pohon yang kemudian berkembang menjadi kertas lalu buku, selain buku ada juga komputer, dan media digital lain seperti internet.
:-)
BalasHapus